Indonesia-Brasil Penyebab Terbesar Hilangnya Hutan Tropis
Hasil studi terbaru itu dirilis pada Senin (12/9) waktu setempat dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS).
Sementara setidaknya 70 persen deforestasi dilakukan untuk membuka lahan pertanian, menurut studi itu, para ilmuwan menyebut pertambangan industri menjadi kekhawatiran yang muncul karena meningkatnya selera global untuk mineral yang digunakan dalam teknologi energi bersih untuk memerangi perubahan iklim.
Penelitian terbaru menunjukkan pertambangan skala industri untuk bahan-bahan, seperti batu bara, emas dan bijih besi, telah memacu deforestasi tropis. Hutan-hutan yang dulunya tidak terjamah telah 'dibersihkan' untuk tambang dan akses jalanan.
Dalam studi pertama untuk mengukur dampak pertambangan industri terhadap hilangnya hutan tropis, seperti dilansir Reuters, Selasa (13/9/2022), sebuah tim ilmuwan internasional mendapati bahwa hanya empat negara yang bisa disalahkan, yakni Brasil, Indonesia, Ghana dan Suriname.
Baca juga : Pembalak Hutan Masih Banyak Berkeliaran
"Transisi energi akan membutuhkan mineral dalam jumlah sangat besar -- tembaga, lithium, kobalt -- untuk teknologi dekarbonisasi," ucap salah satu penyusun studi itu, Antony Bebbington, yang merupakan pakar geografi pada Clark University di Massachusetts, AS.
"Kita membutuhkan lebih banyak alat perencanaan di pihak pemerintah dan perusahaan untuk mengurangi dampak pertambangan terhadap hilangnya hutan," imbuh Bebbington.
Studi itu menyebut aktivitas penambangan di seluruh dunia telah mengekstrak lebih dari dua kali bahan baku dibandingkan tahun 2000.
Dalam menyusun studi terbaru itu, para peneliti mempelajari citra satelit global dan data pelacakan hilangnya hutan, selain meneliti informasi lokasi untuk operasional pertambangan skala industri selama dua dekade terakhir.
Kerugian terbesar disebut ada di Indonesia, di mana tambang batu bara di Kalimantan telah diperluas untuk memenuhi tuntutan bahan bakar dari China dan India.
Baca juga : Perkembangan Kasus IPPKH PT Kedap Sayaaq
Ghana dan Suriname juga menunjukkan tingkat deforestasi tinggi di sekitar area tambang emas dan bauksit yang mengirimkan bahan yang digunakan dalam aluminium dan produk lainnya. Sementara di Brasil, ekstraksi emas dan bijih besar mendorong deforestasi.
Operasi pertambangan seringkali membuka hutan untuk memberi ruang bagi perluasan lokasi ekstraksi dan fasilitas penyimpanan tailing -- limbah tambang -- juga untuk membangun jalan akses dan permukiman bagi para penambang.
Studi itu tidak mengukur dampak pertambangan skala kecil dan artisanal, yang juga bisa menjadi tantangan karena polusi tidak dikendalikan.
Secara keseluruhan, menurut studi itu, ada 26 negara yang bertanggung jawab atas sebagian besar deforestasi tropis di dunia sejak tahun 2000. Namun di sekitar lokasi-lokasi pertambangan industri, ada empat negara yang mendominasi.
Dituturkan insinyur lingkungan, Juliana Siqueira-Gay, dari organisasi nonprofit Instituto Escolhas di Brasil, yang tidak terlibat dalam studi itu, bahwa pembangunan jalan dan aktivitas pengembangan lainnya seringkali tidak disertakan dalam penilaian dampak lingkungan, yang dilakukan sebelum tambang disetujui.
sumber : detik
Comments
Post a Comment